Blogroll

Thursday, May 30, 2013

Perbedaan Rangkuman dan Ikhtisar




Perbedaan Rangkuman dan Ikhtisar
 


Mulailah dari menulis sebuah karangan sederhana menuju yang lebih kompleks! Nasihat ini mungkin perlu dicamkan bagi para penulis pemula. Sebelum Anda mencoba menulis sebuah esai, editorial, artikel, resensi, berita, laporan penelitian dan sebagainya, Anda perlu memulai dengan berlatih menulis rangkuman dan ikhtisar. Dengan menulis rangkuman dan ikhtisar, selain Anda terlatih untuk menulis, juga dapat menambah wawasan Anda tentang sesuatu sebagai bekal seorang penulis. Hal itu disebabkan Anda harus membaca terlebih dahulu sebuah tulisan yang akan Anda rangkum atau ikhtisarkan.

Pada bagian ini akan diuraikan berbagai masalah yang berhubungan dengan rangkuman dan ikhtisar, mulai dari pengertian sampai dengan bentuk-bentuk rangkuman dan ikhtisar. Memang, tidak sedikit pembaca yang menyamakan antara pengertian rangkuman dan ikhtisar. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), rangkuman dan ikhtisar tidak dibedakan. Akan tertapi, sebenarnya antara rangkuman dengan ikhtisar terdapat sedikit perbedaan. Untuk mengetahui perbedaan di antara keduanya, berikut ini akan diuraikan satu per satu.
Pengertian Rangkuman dan Ikhtisar

Rangkuman merupakan hasil kegiatan merangkum. Rangkuman dapat diartikan sebagai suatu hasil merangkum atau meringkas suatu tulisan atau pembicaraan menjadi suatu uraian yang lebih singkat dengan perbandingan secara proporsional antara bagian yang dirangkum dengan rangkumannya (Djuharni, 2001). Rangkuman dapat pula diartikan sebagai hasil merangkai atau menyatukan pokok-pokok pembicaraan atau tulisan yang terpencar dalam bentuk pokok-pokoknya saja.
Rangkuman sering disebut juga ringkasan, yaitu bentuk ringkas dari suatu uraian atau pembicaraan, sedangkan ikhtisar disebut juga intisari dari suatu uraian atau pembicaraan. Pada tulisan jenis rangkuman, urutan isi bagian demi bagian, dan sudut pandang (pendapat) pengarang tetap diperhatikan dan dipertahankan. Hal itu berbeda dengan ikhtisar. Ikhtisar juga merupakan bentuk ringkas dari suatu uraian atau pembicaraan, namun dalam pembuatannya tidak perlu mempertahankan urutan isi dari suatu karangan secara proporsional. Penulisan ikhtisar bisa saja langsung tertuju pada pokok permasalahan.

Cara Membuat Rangkuman dan Ikhtisar

Merangkum atau meringkas suatu bacaan bertujuan untuk menguji kemampuan penulis pemula dalam menemukan pokok-pokok permasalahan sebuah tulisan, kemudian menyusun kembali dalam sebuah tulisan yang lebih ringkas. Di dalam membuat suatu rangkuman, penulis bisa langsung mengemukakan isi suatu uraian atau pembicaraan itu tanpa harus menggunakan kalimat penyambung. Yang dimaksud dengan kalimat penyambung itu adalah menggunakan pernyataan dengan kata-kata:
“Pada buku yang berjudul Terampil Meringkas, pengarang memulai dengan penjelasan tentang masalah menulis ringkasan bagi para penulis pemula sebagai berikut.”
Atau “Pengarang buku yang berjudul Ayo Menulis memulai uraiannya dengan menyebutkan hal-hal sebagai berikut.”

Kalimat penyambung dalam sebuah rangkuman seperti contoh di atas tidak diperlukan. Penulis dapat langsung melakukan kegiatan mencari pokok-pokok permasalahan terhadap tulisan yang akan dirangkum sesuai dengan tulisan yang telah dibaca dan dipahami. Pokok-pokok permasalahan dalam sebuah tulisan dapat diambil dari kalimat-kalimat utama dalam setiap paragraf. Kalimat-kalimat utama tersebut selanjutnya dihubung-hubungkan dengan menggunakan konjungsi atau dengan menambah kalimat penghubung agar tampak koheren (padu). Kekurangkoherenan kalimat-kalimat dalam rangkuman yang Anda susun dapat mengganggu pemahaman para pembaca.
Kegiatan merangkum sebenarnya tidak hanya dapat dilakukan dengan menggabungkan setiap kalimat utama dalam setiap paragraf. Kegiatan merangkum dapat pula dilakukan dengan mencari ide pokok dalam setiap atau beberapa paragraf. Ide-ide tersebut selanjutnya dihubung-hubungkan dengan menambah konjungsi atau kalimat penghubung lainnya.

Hal yang harus diperhatikan di dalam membuat rangkuman adalah penggunaan bahasa yang digunakan di dalam rangkuman. Bahasa rangkuman harus berbeda dengan bahasa asli penulis buku yang dirangkum. Akan tetapi, bahasa rangkuman yang dibuat bertolak dari ide pokok pengarang yang tertuang dalam setiap paragraf atau bacaan. Dengan demikian, jika akan merangkum uraian pengarang dari suatu paragraf, penulis terlebih dahulu perlu menemukan ide pokok yang terdapat di dalam paragraf tersebut, kemudian diungkap ulang dengan menggunakan bahasa yang berbeda dan singkat.

Agar hasil rangkuman itu tidak menyimpang dari uraian aslinya, ide-ide pokok setiap paragraf jangan diabaikan.
Bagaimanakah dengan menulis ikhtisar? Ikhtisar adalah tulisan ringkas yang berisi pokok persoalan dalam sebuah bacaan. Dalam pembuatan ikhtisar, penulis dapat langsung mengungkapkan persoalan dari suatu bahan bacaan atau pembicaraan yang akan diikhtisarkan. Penulis dapat membuat catatan atau memberi tanda tertentu pada bagian-bagian penting dalam bacaan yang akan diikhtisarkan ketika membaca.

Dalam membuat ikhtisar, urutan isi tidak perlu dipersoalkan dan bahasa disusun dengan gaya bahasa yang mudah sehingga dapat dipahami oleh pembacanya. Dalam membuat ikhtisar dapat pula dilakukan dengan cara menyesuaikan bahasa ikhtisar dengan pembaca atau yang akan memahami ikhtisar tersebut. Penulis dapat pula memberikan penafsiran isi bacaan sesuai dengan kajian ilmu yang didalaminya, namun tetap mempertahankan pokok persoalan yang diungkapkan.
Langkah-langkah Menulis Rangkuman dan Ikhtisar

Untuk dapat menghasilkan sebuah rangkuman yang baik, seorang penulis pemula perlu memperhatikan empat hal pokok, yaitu:
(1) mampu membaca dengan baik bacaan yang akan dirangkum,
(2) mampu memahami isi secara utuh terhadap bacaan yang akan dirangkum,
(3) mampu menemukan ide-ide pokok ataupun kalimat topik dalam bacaan yang akan dirangkum, serta
(4) mampu menyusun kembali ide-ide maupun kalimat topik yang telah ditemukan menjadi sebuah tulisan utuh dan koheren.

Untuk mencapai hal di atas, langkah-langkah yang harus ditempuh bagi seorang penulis rangkuman adalah sebagai berikut.
a. Perangkum harus membaca uraian asli pengarang sampai tuntas agar memperoleh gambaran atau kesan umum dan sudut pandang pengarang. Pembacaan hendaklah dilakukan secara saksama dan diulang sampai dua atau tiga kali untuk dapat memahami isi bacaan secara utuh.

b. Perangkum membaca kembali bacaan yang akan dirangkum dengan membuat catatan pikiran utama atau menandai pikiran utama setiap uraian untuk setiap bagian atau setiap paragraf.

c. Dengan berpedoman hasil catatan, perangkum mulai membuat rangkuman dan menyusun kalimat-kalimat yang bertolak dari hasil catatan dengan menggunakan bahasa perangkum sendiri. Hanya saja, apabila perangkum merasa ada yang kurang enak, perangkum dapat membuka kembali bacaan yang akan dirangkum.

d. Perangkum perlu membaca kembali hasil rangkuman dan mengadakan perbaikan apabila dirasa ada kalimat yang kurang koheren.

e. Perangkum perlu menulis kembali hasil rangkumannya berdasarkan hasil perbaikan dan memastikan bahwa rangkuman yang dihasilkan lebih pendek dibanding dengan bacaan yang dirangkum.

Hal yang juga harus mendapat perhatian dari penulis rangkuman adalah tidak memberikan penafsiran baru terhadap suatu pengertian yang diuraikan oleh pengarang asli. Selain itu, perangkum tidak boleh memasukkan hasil pemikirannya sendiri ke dalam rangkuman sebab akan mengaburkan pengertian gagasan yang diungkapkan oleh pengarang asli.

Pelatihan menulis rangkuman dapat dilakukan dengan memberikan berbagai pertanyaan yang berhubungan dengan bacaan yang akan dirangkum. Pertanyaan-pertanyaan tersebut disusun berdasarkan urut-urutan paragraf atau urutan topik dalam bacaan agar tidak mengubah urutan topik bacaan asli. Jawaban pertanyaan tersebut dapat diungkapkan dalam kalimat tunggal, kalimat majemuk, ataupun sebuah uraian singkat berdasarkan keinginan perangkum.

Bagaimanakah langkah-langkah menyusun ikhtisar? Langkah-langkah menyusun ikhtisar tak ubahnya dengan langkah-langkah menyusun rangkuman. Hanya saja, setelah membaca bacaan yang akan diikhtisarkan, penulis dapat langsung menambah dengan pengetahuan yang dimiliki yang sesuai dengan bahan kajian dalam bacaan yang akan diikhtisarkan. Hasil penggabungan tersebut selanjutnya ditulis kembali dalam sebuah ikhtisar yang koheren.

http://berbahasa-bersastra.blogspot.com/2012/01/perbedaan-rangkuman-dan-ikhtisar.html

Kutipan Langsung dan Tidak Langsung



Kutipan Langsung dan Tidak Langsung
Kutipan adalah pengulangan satu ekspresi sebagai bagian dari yang lain, terutama ketika ekspresi dikutip terkenal atau eksplisit dihubungkan dengan kutipan ke sumber aslinya, dan ditandai oleh (diselingi dengan) tanda kutip.
Prinsip-prinsip Mengutip :
1.       Penulis harus menahan diri agar tidak mengutip terlalu banyak sehingga tulisan yang disusun menjadi suatu himpunan kutipan.
2.       Penulis harus memahami bahwa kutipan hanya menjadi bukti penunjang pendapat penulis.
3.       Kutipan dianggap benar jika penulis menunjukkan tempat atau asal kutipan sehingga pembaca dapat mencocokkan kutipan dengan sumber aslinya.
4.       Kutipan hendaknya diambil seperlunya agar tidak merusak uraian sebenarnya;
5.       Pada kutipan langsung, penulis tidak boleh mengubah apapun dan andai kata penulis tidak menyetujui apa yang dikutipnya atau menemukan kesalahan, ia dapat memberi tanda : [. . .. ] atau [ sic]. Sic berasal dari kata latin sicut yang berarti “dengan demikian”, “jadi..”, “ seperti itu”.
Terdapat dua bentuk kutipan yaitu kutipan langsung dan kutipan tidak langsung. Kutipan langsung adalah pemindahan secara lengkap, dalam arti kata demi kata, kalimat demi kalimat sesuai dengan bunyi pada teks atau perkataan seseorang yang dikutip oleh penulis. Pada kutipan tidak langsung, penulis melakukan parafrase atau menggunakan kalimat-kalimat yang disusunnya sendiri menjadi ikhtisar atau intisari berdasarkan apa yang dikutipnya.
Kutipan
Dalam penulisan makalah, penulisan ilmiah, skripsi, buku dan lain-lain seringkali dipergunakan kutipan-kutipan untuk menegaskan isi uraian  pustaka. Kutipan adalah pinjaman kalimat atau pendapat dari seorang pengarang atau ucapan seseorang terkenal, baik terdapat dalam buku-buku atau majalah-majalah.
Dalam bahasa Indonesia terdapat dua jenis kutipan, yaitu
1.    Kutipan Langsung
Kutipan langsung adalah kutipan yang ditulis sama persis dengan sumber aslinya, baik bahasa maupun ejaannya. Cara penulisannya sebagai berikut :
a)    Kutipan yang panjangnya kurang dari empat baris dimasukkan kedalam teks,
1. Diketik seperti ketikan teks
2.Diawali dan diakhiri dengan tanda (“)
3. Sumber rujukan ditulis langsung sebelum atau sesudah teks kutipan

b)    Kutipan yang terdiri dari empat baris atau lebih,
1. Diketik satu spasi
2. Dimulai tujuh ketukan dari batas tepi kiri
3. Sumber rujukan ditulis langsung sebelum teks kutipan

2. Kutipan tidak langsung
Kutipan tidak langsung adalah kutipan yang tidak sama persis dengan aslinya. Adapun cara penulisannya sebagai berikut :
1.       Kalimat-kalimat yang mengandung kutipan ide tersebut ditulis dengan spasi rangkap sebagaimana dengan teks biasa
2.       Semua kutipan harus dirujuk
3.       Sumber-sumber rujukan harus ditulis sebelum atau sesudah kalimat-kalimat yang mengandung kutipan

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | GreenGeeks Review